Masyarakat Manggarai memiliki tradisi dan kearifan budaya akan pentingnya menjaga kehidupan yang selaras dengan alam. Dalam berbagai kisah dan legenda orang Manggarai diceritakan bahwa tanaman sebagai sumber makanan dan kehidupan manusia dilahirkan dari rahim manusia, dan bumi adalah ibu kandung. Demikian halnya dengan hutan sebagai sumber kayu untuk bangunan rumah juga memiliki hubungan yang harmonis dengan orang Manggarai.
Dalam budaya perkawinan orang Manggarai hutan dianggap sebagai anak rona atau pihak keluarga pemberi gadis atau pengantin wanita. Karena itu apabila mengambil kayu di hutan, khusunya untuk pilar utama rumah gendang yang disebut siri bongkok, harus melalui ritual terlebih dahulu untuk mendapat restu dari anak rona hutan. Demikian pula saat membawa kayu tersebut ke kampung dibuatlah sebuah ritual yang disebut roko molas poco atau mengarak gadis hutan ke tengah kampung. Ritus ini layaknya seperti ritus menghantar pengantin wanita menuju rumah suaminya, dimana kayu sebagai pilar utama rumah gendang dianggap sebagai gadis hutan yang harus dihormati dan dijunjung tinggi martabatnya.
Keberpihakan budaya Manggarai dan apresiasi yang tinggi akan pentingnya menjaga keselarasan dan keserasian hidup dengan alam ini juga diwariskan dan dipraktekan oleh orang Mano di kelurahan Mandosawu, kecamatan Lamba Leda Selatan, kabupaten Manggarai Timur. Keberadaan hutan Pong Dode di tengah perkampungan mereka merupakan wujudnya. Sejak jaman dahulu masyarakat di sana terus menjaga kawasan hutan tersebut agar terus ada dan asri. Sadar bahwa hutan merupakan salah satu sumber kehidupan yang senantiasa mengalirkan mata air dan udara yang segar bagi kehidupan mereka.
Hutan Pong Dode berada diantara pemukiman penduduk dan berbatasan langsung dengan empat kampung yaitu kampung adat Mano, Nancang, Benteng Dima, dan Wejang Raci. Meskipun mengalami perkembangan penduduk dan pemukiman menjadi semakin padat, mengingat Mano merupakan kota kecamatan Lamba Leda Selatan, namun, hutan Pong Dode tetap terjaga dengan baik. Warga Mano berjumlah lebih dari 3.500 jiwa, menyebar di sembilan kampung atau lima dusun di kelurahan Mandosawu. Mano sejak lama menjadi sumber penghasil cengkeh di Kabupaten Manggarai Timur.
Sumber dari Tiga Mata Air
Menyebut kata pong dalam bahasa Manggarai berarti hutan, lebih lengkapnya hutan yang memiliki mata air. Demikian pula halnya dengan hutan Pong Dode. Salah satu keistimewaan yang mendorong orang Mano tetap menjaga kelestarian hutan Pong Dode yaitu dengan adanya tiga mata air yang terus mengalir dari dalam kawasan hutan itu sepanjang musim. Tiga mata air ini adalah sumber kehidupan bagi warga Mano untuk konsumsi dan mengairi lahan pertanian mereka. “Meskipun mengalami kemarau panjang, debit air di Pong Dode tidak pernah menyusut. Mata air ini diandalkan oleh warga untuk minum dan mengairi lahan sawah” kata seorang warga kampong Mano.
Kawasan hutan Ponde Dode memiliki luas sekitar 2 hektar. Di sekitar hutan terdapat perkampungan dan perkebunan cengkeh milik warga setempat. Seluruh kawasan hutan ini dikelilingi oleh jalan raya. Untuk mengamankan kawasan hutan Pong Dode, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Timur telah membangun pagar pembatas. Di dalam hutan Pong Dode terdapat banyak jenis pepohonan dengan nama lokal seperti ndingar (kayu manis), uwu, ara, lokon, natu, cue, boto, mera, wuhar, dan Mangga. Selain itu ditemukan beberapa tanaman anggrek yang tumbuh liar dan menggelatung di ranting pepohonan. Hutan Pong Dode juga merupakan rumah bagi puluhan ekor kera dan burung seperti nuri, kalong, dan peregam.
(sumber:http://www.pariwisata-ntt.com/tourism.nttprov.go.id/objek/31-hutan_lindung_pong_dode
Dengan segala keunikan dan kekayaan sumber daya yang dimilikinya, Pong Dode memang bagaikan sebuah taman kota yang indah dan sempurna. Tantangan apakah kawasan hutan ini terus terjaga kelestariannya memang semakin nyata dan terbuka, terutama karena terbatasnya lahan untuk pemukiman dan pertanian. Dibutuhkan pemahaman kearifan budaya lokal baik dan komitmen kuat untuk senantiasa hidup selaras dengan alam untuk terus menjaga kelestariannya di masa yang akan datang.